“Kita akan segera lepas landas.”
“Jiwa ini sudah ku titipkan pada orang di
depan sana, sejak aku menginjakan kaki pada besi besar ini.”
“Kamu mempercayainya?”
“Tentu, kalo tidak mempercayainya aku tidak duduk
disini.”
“Pukul berapa sekarang?”
“Tidak tahu,
jam ku tidak berfungsi.
Duduk lah dengan tenang, kita segera
berangkat. Tuhan akan melindungi kita.
Hari ini kita terpilih untuk berkesempatan
terbang tinggi.”
“Aku harus ikhlas ya meninggalkan hal yang ku
cintai dan senangi diujung landasan itu.”
….
“Kenapa sekitar kita hanya putih tapi bukan
seperti awan?”
“Ya karena kita telah terbang tinggi.”
“Tujuan kita diujung cahaya itu?”
“Iya.”
“Jam mu bukan tidak berfungsi, tapi memang
waktu kita telah berhenti.”
“Memang.”
“Orang di depan sana bukannya jahat? Karena kita
tidak sampai ketempat tujuan.”
“Tidak.”
“Mengapa?”
“Dia sudah berusaha dengan baik membawa kita,
bahkan melampaui tujuan kita dengan sangat cepat. Sampai kamu tidak ingat
kejadian tersebut. Kamu tau kita sudah sampai ditujuan, namun tinggal nama kita
yang tertera.”
“Ah iya…”
“Duduklah kembali, kencangkan sabuk mu.
Kita akan terbang bebas menuju-Nya.”
9 Januari 2021.
Ketenangan telah hadir pada korban jatuhnya
pesawat Sriwijaya Air SJ-182 pada pukul 14.40.
Terbanglah keperaduan-Nya.
Tuhan akan menguatkan orang sekitarnya.
Kelapangan dada akan mengalir untuk orang
disekitarnya.
Karena,
Tuhanlah yang telah mengizinkan pesawat itu
terbang lebih tinggi agar cepat sampai menuju tujuan-Nya.
Komentar
Posting Komentar